mobile

baner 300

Bosan Dan Sabar Menanti Hujan Di Wahana



Kriiiiiing... Kriiiiing... Kriiiiing... Suara alarm bawelku menggangguku lagi pagi ini. 

Aku memaksakan diriku untuk berdiri walaupun mataku serasa terkena perekat yang ampuh.

Kebiasaan alarm bawelku selalu teriak saan jarum kecil menunjukkan ke angka 6.

"Aaah.." ucapku tak sadar.
"Alarm Bawel" lanjutku dengan menekan tombol kepala Jam Waker di atas meja belajarku.

Ditengah aku berdiri, masih saja dengan mata tertutup. sebab kemarin malam, pukul 22.00 WIB aku sudah ke tempat tidur, hanya saja tidur setelah dua film selesai tayang.

"Mayldooo..." terdengar nada tinggi mama dari sebelah kamar.
"Hhh..."
"Bangun banguuun, nggau sekolah kau..?" Lanjut mama yang jauh lebih bawel dibanding jam wakerku di meja belajar kesayanganku.

"Iya iyaaaa..." Aku sambut pertanyaan mama sebelum mataku terbuka lebar menikmati hangatnya mentari pagi ini.

Aku masih kelas 2 SMK jurusan Elektronika dan sekolahku ada di kota sebelah.

Tepat di sebelah kota aku tinggal, yaitu Berastagi.

Jadi, mau tidak mau aku harus bangun cepat.

Apalagi setiap pagi harus bekerja, yaitu ke stasiun Bus menjemput kiriman dari Kota Pakat untuk dibagikan ke kios kios saudara di pasar Kabanjahe.

Hari ini, kemungkinan besar aku akan di sebut guru guru lagi Sebagai anak rajin saat hendak melewati ruang BP.

Yaaaah.. Mungkin akulah yang paling rajin dari seribu jumlah siswa di SMK ku.

Rajin telat masuk ke sekolah.

"Ee.. cepat cepat. Terlambat terus pun" ketus ibu guru yang sedang piket hari ini.
"Sini kau, berdiri di sini. Cepaat!" sambung ibu guru dengan perintah.

Aku selalu bertanggung jawab atas kerajinanku akan terlambat ke sekolah. 

Jadi, aku jalani saja dengan tulus. Sebab, aku terlambat bukan karena disengaja seperti anak anak yang lainnya yang dari malam sudah merencanakannya bersama dengan teman teman yang sepemikiran.

"Hhhh.... Akhirnya, selesai juga ahh" Ucapku dalam hati sedikit lega.

***

Sepulang sekolah aku tak sempat ke rumah ganti pakaian, sebab perjalanan ke kotaku ada kekitar 30 menit. Ya, belum lagi macet ini itu.

Sepulang sekolah, aku akan berangkat ke salah satu perusahaan besar di Kabupaten karo untuk mencari makan. Eh, maksudnya mencari duit. Biasanya warga di sini menyebutnya, Kerja.

Mikie Holiday adalah nama Perusahaan besarnya. Kami siswa, mahasiswa dan buruh lainnya sebagai mahluk yang dimanfaatkan oleh kaum borjuis.

Pekerjaan kami tidak sesulit olahraga saat malas sedang hinggap di tubuh kami para pemuda.

"Selamat datang di wahana kami" Ucapku kepada pelanggan atau tamu yang liburan ke mikie holiday.

Setiap penjaga wahana akan mengucapkan makna yang sama, menyambut, berterimakasih dan merangkau kata kata untuk pengunjung yang singgah di setiap wahana.

Wahana di perusahaan ini banyak macamnya. Seperti Fly up, Dino, Tsunami, Boomber bee, dan masih banyak lagi. Namun, hari ini sedikit masalah dengan terik matahari.

Panasnya sangat berlebihan siang ini. Aku tak biasa membawa air putih di termos kecil seperti teman yang lainnya.

Pengunjung hari ini banyak. Wajar, karena biasanya juga memang ramai seperti di pasar tradisional.

"Heii Mayldooo.." Teriak salah seorang wanita manis sebayaku dari wahana sebelah kanan.

"Hei.. Iya Van, gimana? capek? hahaha..." Balasku dengan sedikit canda.

Teriakanku kurang jelas di dengar oleh Vantika karena musik dari setiap wahana tidak ada yang dimatikan saat pengunjung ramai.

"Baaang bang, mau main bang. Boleh ngga bang?" Anak muda mencolek bahuku dari belakang yang di belakang si anak ada banyak anak dari keluarga besar yang sedang liburan hari ini.

"Oh boleh boleh. Yok yok..." Aku menyambut seakan masih bersemangat. 

Sembari membukakan pintu masuk dan mempersilahkan tamu untuk duduk manis di wahana yang aku jaga yaitu Fly Up, aku sedikit mengeluarkan kata kata manis agar anak anak jangan terlalu takut saat bermain di wahana fly up.

"Asyiaap baaang" Ketus beberapa anak menunjukkan gigi ompongnya.

"Okke... Selamat menikmati!...#*#*#*#*" setengah permainan terdengar dentuman gledek dari langit biru. 

Ternyata ada berjuta gumpalanawan hitam di sana.

Wah.. Sayang sekali, permainan belum selesai namun hujan sudah memandikan pekerja dan pengunjung mikie.

Bagiku, menikmati hujan memang sudah biasa. Pagi, siang, sore, atau sewaktu apa saja sudah terlalu biasa.

"Hujan, kali ini tampaknya amat serius" ucapku dalam hati.

Permainan berakhir, tamu tamu basah kuyub. Begitu juga dengan karyawan dan casual pekerja mikie.

"Lah, hujannya berhenti. Okke Hujan sudah berhenti, mari kita lanjutkan bermain di Wahana luar biasa..." Pungkasku sedikit girang setelah hujan reda total dalam waktu 5 menit.

"Hujan baaaang hujaaaan. Bentar lagi datang lagi tu hujaan" Ketus seorang pemuda sembari berjalan bersama pasangannya yang sedikit cantik. 

Aku tak begitu mempedulikannya, aku kembali berbicara sendiri dengan kata kata yang tertangkai secara abstrak di pikiranku.

"Srrr.." Suara hujan deras kembali muncul kepermukaan.

"Benar kata sikawan tadi. Hujan bakal turun lagi" ungkapku berbicara kecil.

Masih pukul 4 Sore. Biasanya para penjaga wahana selesai bekerja pukul 5.30 sore. Tanggung sekali.

Mau tidak mau harus menunggu hujan reda di ruang operator wahanaku. 

Membosankan bukan? Namun aku tidak begitu mengecewakan cuaca yang ada pada hari ini, panas matahari lebih menyebalkan saat bekerja.

Namun tak terasa selama di ruang operator wahana hanya melirik lirik wanita ke arah ruang operator lain jarum jam sudah menunjukkan pukul 5.20.

Dan kini waktunya bergegas mempersiapkan dan menyusun segala yang perlu disusun sebelum pulang.

Mungkin pesannya hari ini adalah bersabar.

Mungkin juga aku harus mengucapkan terimakasih kepada air yang berjatuhan dari langit.


Penulis : Mayldo

Postingan Populer